Inflasi Inhil Melonjak, TPID Turun Langsung & Soroti Ketepatan Data BPS

Sabtu, 04 Oktober 2025

GEMILANGPOS.COM- INDRAGIRI HILIR — Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) turun langsung ke pasar tradisional untuk memantau harga bahan pokok, khususnya cabai dan ayam ras, dua komoditas utama penyumbang inflasi. di pasar tradisional Tembilahan, Sabtu (04/10/2025) pagi.

Langkah ini dilakukan menindaklanjuti rilis Badan Pusat Statistik (BPS) yang mencatat angka inflasi Inhil sebesar 6,34 persen, menempatkan daerah ini pada urutan keempat tertinggi secara nasional.

Pemantauan lapangan dilakukan untuk memastikan kesesuaian antara data inflasi yang dirilis BPS dengan kondisi harga riil di pasaran.

Berdasarkan hasil peninjauan, harga ayam ras yang sebelumnya mencapai Rp34.000 per kilogram kini turun menjadi Rp29.000 per kilogram. Sementara itu, harga cabai merah yang sempat menembus Rp120.000 per kilogram kini berada di kisaran Rp70.000 per kilogram.

“Kami dari tim gabungan TPID setiap tanggal 1 akan merilis angka inflasi yang dikeluarkan BPS. Kemarin, inflasi kita tercatat 6,34 persen, dan penyumbang utamanya cabai serta ayam ras, hari ini kami turun langsung untuk memastikan kondisi sebenarnya di lapangan,” ujar Murni Sekretaris TPID Inhil .

Dari hasil pengecekan, TPID menemukan bahwa harga ayam ras sudah kembali ke harga normal, sedangkan harga cabai mengalami penurunan signifikan dalam beberapa hari terakhir.

Diketahui harga tertinggi cabai yang tercatat di lapangan hanya mencapai Rp110.000 per kilogram, dan itu pun bertahan selama empat hari sebelum turun stabil di angka Rp70.000 per kilogram.

“Kami ingin memastikan sejauh mana angka yang dirilis BPS sesuai dengan kondisi di lapangan. Untuk cabai, saat ini sudah jauh menurun dibanding data sebelumnya,” jelasnya.

TPID juga menyoroti perlunya sinergi yang lebih erat antara BPS dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) dalam pengumpulan data harga. Disperindag diketahui rutin melakukan pengambilan sampel harga setiap hari di berbagai pasar, sehingga dapat memperkuat akurasi data inflasi daerah.

“Kami berharap ke depan BPS bisa lebih menyesuaikan pengambilan datanya dengan Disperindag. Karena Disperindag setiap hari turun langsung ke lapangan untuk memantau harga. Jika inflasi tinggi, dampaknya langsung dirasakan masyarakat, jadi keakuratan data sangat penting,” tegasnya.

Meski tidak dapat melakukan intervensi terhadap harga pasar, TPID memastikan langkah-langkah pengendalian terus dilakukan melalui koordinasi lintas instansi.

Salah satu upaya yang tengah disiapkan adalah program penyaluran 40 ribu batang bibit cabai kepada masyarakat melalui Dinas Pertanian, sebagai bagian dari solusi jangka menengah untuk menekan harga dan meningkatkan ketersediaan pasokan.

“Dalam waktu dekat, Dinas Pertanian akan memberikan bibit cabai kepada masyarakat agar bisa menanam sendiri di rumah. Dengan begitu, masyarakat tidak lagi bergantung sepenuhnya pada pasokan pasar,” ungkapnya.

TPID menegaskan, pengendalian inflasi merupakan tanggung jawab bersama. Dengan pemantauan rutin dan sinergi antarinstansi, diharapkan angka inflasi di Kabupaten Indragiri Hilir dapat terus ditekan, serta stabilitas harga dan daya beli masyarakat tetap terjaga hingga akhir tahun 2025.