
Sarinah indonesia diskusi feminisme pancasila "Pelopor Perempuan Terpelajar Masa Kini"
GEMILANGPOS.COM - Dalam rangka memperingati Hari Ibu Nasional sekaligus Refleksi Akhir Tahun 2025, Sarinah Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) se-Indonesia menggelar diskusi daring bertajuk "Feminisme Pancasila: Pelopor Perempuan Terpelajar Masa Kini" pada Minggu (21/12).
Forum strategis ini bertujuan merajut persatuan kader dari seluruh penjuru nusantara sekaligus menggalang dana bantuan untuk bencana alam di Sumatera.
Acara yang diinisiasi oleh DPC GMNI Jakarta Timur ini menghadirkan tokoh-tokoh intelektual dan praktisi hukum, mulai dari Dewan Ideologi Persatuan Alumni GMNI hingga Guru Besar dari berbagai universitas ternama.
Diskusi ini menjadi momentum krusial bagi GMNI dalam merumuskan Dokumen Konsepsi Road Map Feminisme Pancasila yang diselaraskan dengan visi Asta Cita menuju Indonesia Emas 2045.
Menegaskan Identitas Feminisme Khas Indonesia
Dalam pidato pembukanya, Tiarma Simanjuntak, S.H. (Kabid Kesarinahan DPC GMNI Jakarta Timur), menekankan bahwa Sarinah bukan sekadar pelengkap sejarah, melainkan subjek politik yang sadar dan berdaya.
"Perempuan adalah pelopor yang harus berani memimpin dan setia merawat persatuan. Jiwa keibuan harus menjadi kekuatan moral dalam gerakan pembebasan kaum Marhaen," ujarnya.
Senada dengan hal tersebut, Keynote Speaker Ibu Eva Kusuma Sundari dari Institut Sarinah Indonesia menjelaskan bahwa Feminisme Pancasila adalah gerakan keadilan gender yang tumbuh dari rahim nilai luhur bangsa, bukan sekadar adopsi dari pemikiran Barat.
"Feminisme kita berbasis pada gotong royong dan keseimbangan spiritual, menempatkan perempuan sebagai Ibu Bangsa penjaga nurani kolektif," jelasnya.
Diskusi dibagi ke dalam dua sesi panel yang komprehensif:
1. Sesi I (Ekonomi & Hukum): Dipandu oleh Intania Putri Mardiyani (Putri Bumi Energi Hijau 2023). Dr. Dra. Immaculata Fatima, M.MA (Wakil Rektor Univ. Flores) menyoroti pentingnya pendidikan perempuan sebagai instrumen pengentasan kemiskinan. Sementara itu, Susi Maryanti, S.H., M.H. (DPN PERADI) memberikan catatan kritis mengenai perlindungan hukum bagi perempuan, menegaskan bahwa rumah harus menjadi ruang paling aman dari segala bentuk kekerasan domestik.
2. Sesi II (Kesehatan & Sosiologi): Dipandu oleh Andi Tenry Azzah (Duta Potensi Pemuda Indonesia Jakarta 2025). Prof. Dr. dr. Margarita Maria Maramis (Guru Besar Unair) memaparkan bahwa kesehatan mental adalah hak dasar perempuan Marhaen yang sering terabaikan akibat beban ganda. Melengkapi perspektif tersebut, Ibu Agnes Sri Poerbasari (Dewan Ideologi PA GMNI) mengajak perempuan terdidik untuk secara kolektif meruntuhkan ketimpangan struktural sesuai amanat UUD 1945.
Antusiasme dan Sinergi Lintas Daerah Ketua Pelaksana, Sarinah Yulia Brian Dini, melaporkan bahwa kegiatan ini diikuti oleh sekitar 200 peserta dari berbagai daerah, mulai dari Sumatera, Jawa, hingga wilayah Flobamorata (NTT) dan Papua.
Kehadiran para kepala bidang kesarinahan dari berbagai kota seperti Kupang, Mimika, Pekanbaru, hingga Surabaya, mempertegas soliditas organisasi di tingkat nasional.
Acara yang didukung oleh Sociocorner dan PT Upquality ini ditutup dengan penegasan bahwa pemberdayaan perempuan adalah inti dari perjuangan kerakyatan.
GMNI berkomitmen untuk terus menjadikan Pancasila sebagai akar historis dalam memperjuangkan hak-hak perempuan di masa depan.