Gemilangpos.com, SIAK - SEACHA (Southeast
Asian Cultural Heritage Alliance) didukung oleh Badan Pelestarian Pusaka
Indonesia (BPPI) dan The Siam Society under Royal Patronage serta Pemerintah
Kabupaten Siak menyelenggarakan The Capacity Building in Heritage Management
Clinic 2020-2021 dengan tema "Tourism and Heritage: Enemies or Partners in
Progress?
Kegiatan ini berlangsung secara Webinar di Siak Live Room kantor Bupati
Siak yang dibuka oleh Sekretaris Daerah Kabupaten Siak Arfan Usman dan
didampingi oleh Kadis PU Tarukim Irving Kahar dan diikuti oleh perwakilan
SEACHA dan BPPI.
Arfan Usman menuturkan, Siak sebagai salah satu anggota jaringan kota
pusaka di Indonesia dinilai aktif dalam melestarikan peninggalan sejarah.
"Kegiatan ini sangat bermanfaat untuk pengembangan dan kemajuan
Heritage City di negeri istana. Tentunya jika dikemas dengan baik semakin
banyak wisatawan yang akan berkunjung ke Siak," ucap Arfan, Kamis
(19/11/2020) usai acara.
Kota Siak Sri Indrapura sejak ditetapkan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan sebagai kawasan cagar budaya Nasional, maka Kota Siak kini tidak hanya
menjadi milik rakyat Siak dan Riau, tapi juga menjadi aset milik bangsa
Indonesia.
Secara daring Irving Kahar mempresentasikan sejumlah potensi objek
cagar budaya di Kabupaten Siak serta sejarah berdirinya kerajaan Siak hingga
kondisi kota Siak Sri Indrapura setelah pisah dari Kabupaten Bengkalis.
Kata dia, karena Siak aktif dalam upaya mengembangkan kota pusaka
SEACHA atau aliansi kota pusaka Asia Tenggara bekerjasama dengan BPPI
mengusulkan Siak sebagai salah satu contoh untuk dilakukan program klinik.
"Karena Siak ini aktif dalam mengembangkan kota pusaka, maka Siak
ditunjuk sebagai salah satu contoh untuk program klinik di Asia Tenggara, dan
kota Phrae di Thailand" sebut dia.
Lebih lanjut Irving menjelaskan, dari 57 daerah kota pusaka di
Indonesia yang di analisa oleh SEACHA, Siak dianggap lebih aktif. Misalnya
selalu melakukan revitalisasi dan melestarikan bangunan-bangunan cagar
budaya.
Irving menyampaikan tema yang diangkat tersebut cukup "seksi"
disatu sisi bisa meningkatkan ekonomi, disisi lain bisa merusak cagar budaya
tersebut.
Yang pertama kata dia, pengunjung akan membawa budayanya ke Siak,
kemudian membawa sampah serta pengunjung yang usil mengotak-atik bangunan cagar
budaya.
"Jadi fokus kita pada hari ini adalah bagaimana ekonomi meningkat
dan cagar budaya tidak rusak," ujarnya.
Webinar itu juga diikuti Komunitas Heritage Hero Siak, Heritage Expert
Board Siak, Nguyen Duc Tang dari SEACHA boar and founder,Prof Johanes Widodo
dari Universitas Singapura, Prof Dorojatun Kuntjoro Yakdi dan Catrini
Kubontubuh dari BPPI.
Kegiatan ini diselenggarakan selama 6 bulan mulai November 2020 s.d Mei
2021 diawali dengan presentasi awal tentang tantangan Siak mewujudkan Cultural
Heritage Tourism.
Kemudian dilanjutkan dengan masukan pakar serta pilot aksi di lapangan
untuk penerapan prinsip-prinsip, upaya solusi dan praktik pengalaman sukses
yang tepat dan diakhiri dengan perumusan disain strategi sebagai model yang
tepat dalam Quality Cultural Heritage Conservation & Cultural Heritage
Tourism Management tidak hanya untuk Siak, tapi juga Indonesia, Thailand, dan
Asia.